Sore Itu

Sore itu Lea berjalan pulang dengan muka lelahnya. Terus berjalan menerawang pandang ke arah matahari di seberang laut lepas. Menyeret kaki-kakinya yang tak ingin pergi dari pantai yang tak jauh dari rumahnya. Jalan menuju rumahnya yang berdampingan dengan pantai itu terasa sangat panjang.

Lea sampai di depan rumahnya. Tak rela ia memalingkan pandang dari matahari tenggelam itu. Ia ingin terus memandanginya. Ia pun memalingkan wajahnya untuk membuka pintu sambil menundukkan kepalanya yang berlawanan dengan matahari tenggelam yang sebentar lagi tak terlihat.

Lea memijakkan kakinya di atas rumput halaman rumahnya yang luas sambil terus menundukkan pandangan. Dengan langkah gontai ia berjalan. Langkahnya terhenti saat ia mendongakkan kepala ddan pandangannya. Banyak alas kaki tak dikenal tergeletak berjajar di lantai terasnya.

Lea memperhatikan satu persatu alas kaki itu sambil meneruskan langkahnya yang sempat terhenti itu. Sepasang alas kaki baru saja dibawa ke pantai. Butir-butir pasir pantai masih tersebar di atasnya. Sepasang lainnya tak ditaruh beraturan. Salah satunya terletak jauh dari pasangannya dan terbalik.

Lea terus berjalan dan semakin dekat dengan pintu rumahnya. Tangannya siap membuka gagang pintu. Tapi tangan dan kakinya terhenti lagi. Ia melihat sepasang sepatu olah raga hitam putih yang ia kenal. Milik seseorang yang ia kenal. Dan ia pun meneteskan air matanya. Tak ingin ia meneruskan langkahnya. Ia berharap tak bertemu dengan pemilik sepatu itu. Dan matahari pun tak terlihat lagi.


original by : vidya fatimah astutiputri

Posting Komentar

Daisypath Happy Birthday tickers
Daisypath Halloween tickers