blackwhitevidy

Terkadang
Keterpaksaanlah yang memaksamu untuk menyelesaikan apa yang telah kau mulai
Hingga akhirnya kau melakukan hal terakhir
Menaruh pucuk di atas tajuk berakar
Menaruh loteng di atas bangunan berfondasi
Mencapai garis finish di depan garis start yang jauh jarak keduanya
Dan kau bisa menuai pucuk dan buah, bermain dalam loteng, atau mengambil piala juara itu.
Haruskah keberhasilanmu dipanen dengan keterpaksaan juga?

Aku menyesal
Tapi aku menyesal
Seharusnya aku tak menyesal
Seharusnya aku berhenti
Seharusnya kepustusasaan itu datang lebih awal
Seharusnya bukan aku
Seharusnya tak sekarang
Seharusnya ini muncul di saat yang tepat
Seharusnya aku mundur saja
Seharusnya ku tentang mereka
Seharusnya ku tak pilih orang itu
Seharusnya ku tak bersama dia atau mereka
Seharusnya keraguan itu menyeruak keluar
Seharsunya kebingunganku mengalahkan keinginanku
Seharusnya tak ku iyakan
Seharusnya tak ku beri tindakan
Seharusnya tak ku lanjutkan
Seharusnya tak ku tanyakan
Seharusnya tak ku inginkan
Seharusnya tak ku tulis namaku di sana

Aku tidak suka itu
Aku akan menolak bila harus melakukan itu
Lebih baikaku pergi dari itu
Itu
Hal yang kau sebut biasa itu
Hal yang ku tahu tak baik itu
Hal yang membuatku bertanya itu
Itu
Hal yang tidak ku inginkan itu
Hal yang aku benci itu
Hal yang tak kau tahu aku benci itu
Itu
Sudah ku bilang padamu
Aku bukan kalian atau pun kau
Aku tahu aku
Itu yang membuatku berhenti dan diam
Itu yang membuatku garang
Itu yang seharusnya kutanyakan
Itu yang seharusnya tak ku "Iya"-kan
Itu yang seharusnya ku tinggalkan
Itu yang ingin membuatu berhenti sekarang
Itu kalian

Ketika angin tak kau rasa
Ketika itu ia bersuara
Tawa muka dalam angin tak bernada
Bukan ocehan tanpa masa
Adakah satu pengikat asa
Bahwa ini tak sia
Adakah satu penguat kata
Biar kita tak berbicara