PEMBUATAN SAYATAN MELINTANG DAUN DENGAN METODE PARAFIN


Mempelajari atau mengklasifikasi suatu organisme menurut Budhi et al (2008) dilakukan dengan pengamatan ciri-ciri suatu organisme, seperti morfologi, anatomi, fisilogi, histologi, dan lain sebagainya. Menurut Fahn (1982), pengamatan struktur anatomi sangat penting guna pembelajaran serta klasifikasi suatu spesies. Untuk melihat struktur anatomi suatu organisme, dibutuhkan pengamatan mikroskopis. Pengamatan mikroskopis ini dilakukan untuk melihat susunan dan bentuk sel sehingga dapat diketahui ciri khusus yang dimiliki individu dan dikelompokkan bersama spesies dengan tingkat kemiripan tinggi.
Pengamatan anatomi pada tumbuhan dapat dilakukan dengan penyayatan secara konvensional dengan menggunakan silet, atau penyayatan dengan mikrotom. Penyayatan pun tidak dapat dilakukan begitu saja. Sebelumnya, harus diketahui terlebih dahulu bagian yang akan disayat, serta struktur dari organ tersebut. Bila organ berongga atau tipis, maka sebelumnya dapat dilakukan proses embedding atau penanaman organ pada suatu cairan yang dapat mengeras, salah satunya adalah parafin.
Parafinasi menurut Lang (2009) merupakan proses masuknya zat atau cairan parafin pada celah, rongga, maupun sel sebelum proses pemblokan dnegan parafin itu sendiri. Proses ini disebut juga dengan infiltrasi parafin. Penggunaan parafin mengharuskan organ dalam keadaan tanpa kandungan air, karena zat parafin yang non polar sehingga tidak dapat bercampur dengan air yang polar. Hal tersebut membuat parafin tidak dapat masuk ke dalam jaringan. Sehingga dilakkan dehidrasi terlebih dahulu yang biasanya menggunakan larutan alkohol. Tahap dehidrasi inilah yang sering dimodifikasi mengingat jaringan tumbuhan yang lebih sulit diinfiltrasi oleh parafin sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.
Suzuki et al. (2002) menyampaikan bahwa sebelum tahap parafinasi, dibutuhkan persiapan jaringan atau organ terlebih dahulu. Tahapan (gambar 1) yang perlu diperhatikan adalah tahap pencucian, fiksasi, kemudian barulah tahap dehidrasi. Ketiga tahap ini menggunakan larutan yang berbeda sesuai dnegan kebutuhan organ atau jaringan yang digunakan. Setelah itu, masuk ke tahap infiltrasi, kemudian pemblokkan dengan cairan parafin konsentrasi tinggi. Pembuatan blok ini ditujukan untuk membantu agar rongga-rongga organ terisi dan menjadi keras, sehingga dapat dilakukan penyayatan dengan mudah tanpa merusak organ.

Gambar 1 Proses pembuatan sayatan daun

Praktikum mikroteknik tumbuhan salah satunya menggunakan daun Acacia sp. (gambar 2). Proses fiksasi sampai embeddingmasing-masing dilakukan selama satu minggu. Setelah proses embedding dilakukan, masing-masing daun dipotong atau disayat menggunakan mikrotom untuk mendapatkan sayatan melintang dengan ketebalan 10µm-12µm. Hasil sayatan akan menyerupai pita yang kemudian diletakkan pada kaca preparat yang telah dioles dengan albumin kemudian ditetesi oleh air. Keberdaan air mencegah agar pita sayatan tidak langsung menepel pada kaca, sehingga dapat diatur posisinya terlebih dahulu. Kemudian akan merekat pada kaca preparat karena adanya albumin. Menurut SC (2008), albumin merupakan cairan yang stabil, dan merupakan pelaku oksidasi yang kuat sehingga penempelan mudah dilakukan. Setelah itu disimpan di atas hot plate untuk menghilangkan air.
Selanjutnya dilakukan tahap pewarnaan ganda dengan safranin dan fast green. Pewarnaan ganda ini dimaksudkan untuk mewarnai dua bagian jaringan yang berbeda. Safranin akan memberi warna merah pada bagian jaringan yang terlignifikasi, sedangkan fast green memberikan warna hijau pada bagian jaringan yang terlignifikasi maupun tidak (Clair et al. 2006). Kemudian pengamatan dengan mikroskop dan optilab dilakukan setelah diberi entelan untuk mengawetkan dan ditutup dengan cover glass. Hasil pengambilan foto meggunakan optilab (gambar 2) cukup baik, sel-selnya juga terlihat jelas. Acacia sp, memiliki lapisan atas dan bawah yang sama, yaitu di bawah lapisan epidermis terdapat jaringan tiang atau palisade.

Gambar 2 Hasil sayatan melintang daun Acacia sp. perbesaran 40x10

DAFTAR PUSTAKA
Budhi GS, Handayani TF, Adipranata R. 2008. Aplikasi pengenalan daun untuk klasifikasi tanaman dengan metode probabilistic neural network. Aplikasi Pengenalan Daun. Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen; 2008 20-21 Agustus; Depok, Indonesia. Surabaya (ID): Universitas Kristen Petra Press. hlm 230-235.
Clair B, Ruelle J, Beauchene J, Prevost MF, Fournier M. 2006. Tension wood and opposite wood in 21 tropical rain forest species. IAWA Journal. 27(3): 329-338.
Fahn A. 1982. Plant Anatomy. Oxford (GB): Pergamon Press.
Lang AG. 2009. The use of n-butyl alcohol in the parafin method. Stain Technology. 12(3): 113-117.
[SC] Scholar Chemistry. 2008. Albumin, (Egg). Carlsbad (US): Material Safety Data Sheet Press.
Suzuki M, Katsuyama K, Adachi K, Ogawa Y, Yorozu K, Fuiji E, Misawa Y, Sugimoto T. 2002 Combination of fixation using PLP fixative and embedding in parafin by the AMeX method is useful for histochemical studies in assessment of immunotoxicity. The Jornal of Toxicological Sciences. 27(3): 165-172.

oleh KELOMPOK 4 MIKROTEKNIK KELAS B

sebagai LAPORAN SEDIAAN IRISAN TUMBUHAN METODE PARAFIN
Daisypath Happy Birthday tickers
Daisypath Halloween tickers