Maaf

Minta maaf itu nggak semudah kita mengucapkan 'kacang goreng'. Bahkan untuk orang-orang cadel (maaf, nggak bermaksud) 'kacang goreng' tuh susah diucapkan dengan benar. Memaafkan juga, bahkan lebih sulit dari pada minta maaf.

Oke, sebenarnya prolog barusan nggak ada hubungannya sama post kali ini. Ada siih, tapi diiikiiiit banget.

Beberapa kali orang minta maaf ke gue, bilangnya cuma "vid, maafin aku". Nggak ada lanjutannya. Suka gue jawab, "minta maaf kenapa?" meskipun gue tau dia minta maaf buat apa. Gue nggak sekedar ngomong, tapi gue punya beberapa alasan.

Selain gua nggak mau memperdalam permasalahan antara gue dan orang itu,
Pertama, gue nggak mau orang itu minta maaf tanpa tau apa yang sudah dia lakukan. Meskipun sebenarnya dia emang tau, tapi kesannya dia nggak tau.
Next, gua emang nggak suka bahas panjang-panjang suatu masalah, capek lah.
Gue pengen dia nyadar, minta maaf nggak segampang yang dia kira, begitupula memaafkan.
Lanjut, karena dia penasaran gua nggak inget kesalahan dia, dia bakal nggak enak hati meskipun gua biasa aja. Biasa yang maksa pastinya. Akhirnya, semoga dia mengakui untuk apa sesungguhnya dia minta maaf. Bagus kalo dia nyadar, kalo nggak hebat banget tuh orang, batu. Minta maafnya kaga tulus. Bohong.

Selanjutnya, ketika gue sudah mengucapkan kepada dia bahwa gue sudah memaafkannya, tapi doi tetep minta maaf terus. Gue malah jadi males maafinnya. You know what? Buat bilang "iyaa", "selow aja", "nggak apa-apa", dan semacamnya itu butuh tenaga ekstra. Karena terkadang hati yang belum ikhlas, memaksakan wajah biasa bahkan ceria. Faking smile. Menjadi fake itu terkadang diperlukan, misal kita nggak mau hubungan kita dengan teman kita yang satu itu berakhir begitu saja. Yee kaaan?! (gagal deh nih post bagus-bagus)

Minta maaf itu butuh alasan, bro. Tapi memaafkan nggak selamanya butuh alasan.

vidya

Posting Komentar

Daisypath Happy Birthday tickers
Daisypath Halloween tickers